Kamis, 23 April 2015

artikel



BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Dunia pendidikan  saat ini sedang mendapat sorotan tajam dari masyarakat luas. Bukan saja karena ada gurauan “Ganti menteri ganti kurikulum”. Lebih dari itu diberlakukannya  Kurikulum 2013 mendapat reaksi yang kontroversial dari masyarakat bahkan reaksi ini datang dari kalangan pendidik  itu sendiri. Di tengah berbagai reaksi negatif dan positif itulah akhirnya Menteri Pendidikan mengambil sikap jalan tengah yaitu sekolah tetap menggunakan kurikulum 2013 bila sudah melaksanakan selama tiga semester. Sedangkan sekolah yang baru menggunakan kurikulum 2013 selama satu semester kembali pada penggunaan kurikulum 2006.
          Sebenarnya lahirnya kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Hal ini berarti bahwa kurikulum 2013 tidak sama sekali berbeda wajah dengan kurikulum sebelumnya. Ini sebenarnya mengandung implikasi bahwa para guru  tidak perlu bereaksi secara berlebihan adanya kurikulum baru tersebut.
       Perlu disadari oleh semua pihak bahwa adanya tantangan internal dan eksternal dalam dunia pendidikan menjadikan kurikulum ini mendesak segera dilaksanakan serentak secara nasional. Tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi Standar Pengelolaan, Standar Biaya, Standar Sarana Prasarana, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, dan Standar Kompetensi Lulusan merupakan alasan pokok mendesaknya kurikulum 2013.Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
Sedangkan tantangan eksternal kurikulum antara lain adanya tantangan masa depan, kompetensi masa depan, persepsi masyarakat dan beberapa fenomena negatif yang mengemuka seperti perkelahian pelajar,narkoba,korupsi,plagiarisme, kecurangan dalamu ujian ( nyontek) dan gejolak masyarakat alinnya(social unrest) .
Secara lebih tegas lagi kurikulum 2013 menandaskan bahwa semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan misi pemerintahan sekarang yaitu adanya revolusi mental.

Inilah yang menjadi alasan sebagian para guru yang lebih suka menggunakan kurikulum 2006 dari pada kurikulum 2013. Alasan yang memberatkan guru terletak pada penilaian terutama penilaian sikap pada kurilulum 2013 yang dilaksanakan secara terpadu pada setiap pembelajaran. Belum lagi satu alasan saat pengisian nilai rapor yang dirasa sangat memberatkan wali kelas.
Adanya berbagai hal atas fenomena di atas, maka dalam kurikulum 2013 penilaian sikap  mendapat tempat yang sangat strategis. Namun, sejauh manakah efektifitas penilaian sikap


tersebut dalam implementasi perilaku siswanya. Inilah yang masih harus kita kaji dalam makalah ini. 

2.Permasalahan
        Berdasarakan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam makalah ini  adalah sebagai berikut.
a.       Hal apa sajakah yang dapat mempengaruhi suksesnya penilaian sikap dalam kerikulum 2013?
b.      Bagaimana kiat untuk melaksanakan penilaian sikap dalam kurikulum 2013?

3. Tujuan penulisan makalah
            Makalah ini dimaksudkan untuk membahas hal-hal yang mempengaruhi suksesnya penilaian sikap dalam kurikulum 2013 dan mengupayakan kiat penilaian sikap dalam kurikulum 2013.  




























BAB II
PEMBAHASAN
1.   Pengertian Penilaian sikap
Dalam setiap pembelajaran guru harus melaksanakan penilaian sikap. Setidaknya setiap guru harus lebih fokus pada sikap mental setiap peserta didik.  Setiap pengamatan ini harus dituangkan dalam lembar penilaian .
                        Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga  sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif.
                        Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun  komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap. 
            Sikap merupakan perasaan yang dimiliki seseorang. Perasaan yang dimiliki dalam bentuk kecenderungan untuk bertindak, berpikir, ber persepsi, dalam mengadapi obyek,ide,sesuatu dan nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku. Sikap memberi tuntunan  kepada seseorang untuk setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diinginkan serta diharapkan dengan mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan harus dihindari.
Evaluasi sikap sendiri dapat didefinisikan sebagai upaya yang sistematis untuk mengukur tingkatan belajar siswa yang telah dijalani berkaitan dengan kecenderungan untuk bertindak, berpikir, berpersepsi, dalam mengahadapi obyek, ide, sesuatu dan nilai yang meliputi aspek afektif, kognitif, maupun konaktif.
Sikap memiliki berbagai fungsi  yaitu :
a.       Fungsi instrumental
Yaitu mengekspresikan keinginan umum kita untuk mendapatkan manfaat atau hadiah dan menghadapi hukuman.
b.      Fungsi pengetahuan
Yaitu membantu kita memahami dunia, yang membawa keteraturan bagi berbagai informasi yang harus kita asimilasikan dalam kehidupan sehari-hari.
c.       Fungsi nilai ekpresif
Yaitu mengekpresikan nilai-nilai kita atau mencerminkan diri kita.
d.      Fungsi pertahanan ego
Yaitu melindungi kita dari kecemasan atau ancaman bagi harga diri kita.
e.       Fungsi penyesuaian sosial
Yaitu membantu kita merasa menjadi bagian dari komunitas.




2. Objek penilian sikap
            Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata                     pelajaran adalah sebagai berikut.
1.      Sikap terhadap materi pelajaran.
Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
2.      Sikap terhadap guru/pengajar.
Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
3.      Sikap terhadap proses pembelajaran
Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. 
Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.  
4.      Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.
Misalnya kasus atau masalah  lingkungan hidup, berkaitan dengan materi Biologi atau Geografi. Peserta didik juga perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus  lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar. Dalam kasus yang lain, peserta didik memiliki sikap negatif terhadap kegiatan ekspor kayu glondongan ke luar negeri.  
5.      Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran. 

3.Teknik Penilaian Sikap  
Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 menyebutkan  bahwa teknik  dan  instrumen  yang  digunakan  untuk  penilaian  kompetensi sikap meliputi beberapa hal. Pendidik  melakukan  penilaian  kompetensi  sikap  dapat melalui  observasi, penilaian  diri,  penilaian  “teman  sejawat”(peer  evaluation)  oleh peserta  didik  dan  jurnal.  Instrumen  yang  digunakan  untuk observasi,  penilaian  diri,  dan  penilaian  antarpeserta  didik  adalah daftar  cek  atau  skala  penilaian  (rating  scale)  yang  disertai  rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.


a.  Observasi  merupakan  teknik  penilaian  yang  dilakukan  secara berkesinambungan  dengan  menggunakan  indera,  baik  secara langsung  maupun  tidak  langsung  dengan  menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
b. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta  didik  untuk  mengemukakan  kelebihan  dan  kekurangan dirinya  dalam  konteks  pencapaian  kompetensi.  Instrumen  yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
c. Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian  kompetensi.  Instrumen  yang  digunakan  berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
d.Jurnal  merupakan  catatan  pendidik  di  dalam  dan  di  luar  kelas yang  berisi  informasi  hasil  pengamatan  tentang  kekuatan  dan kelemahan  peserta  didik  yang  berkaitan  dengan  sikap  dan perilaku.
Di samping itu penilaian sikap juga dapat dilakukan dengan  teknik lainnya . Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.
a.       Observasi perilaku
 Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik  dalam pembinaan. Observasi  perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah.
b.      Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai "Peningkatan Ketertiban". Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.
c.        Laporan pribadi
Melalui penggunaan teknik ini di sekolah, peserta didik diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis pandangannya tentang "Kerusuhan Antaretnis" yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh peserta didik tersebut dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.  



4. Keteladanan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia keteladanan berarti hal yang dapat ditiru atau dicontoh biasanya  berkaitan dengan perbuatan, kelakuan, dan sifat seseorang. Dalam hal ini kehidupan yang paling dekat dengan siswa di sekolah yaitu bapak atau ibu guru. Itulah sebabnya apapun yang siswa lihat atau dengar sesuatu dari seorang guru, maka secara cepat atau lambat akan hal tersebut mengendap dalam memori siswa. Bahkan secara spontan siswa akan meniru ucapan atau perbuatan dari sang guru. Jadi tidak berlebihan apabila sebuah peribahasa mengatakan guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Memang demikian dampaknya terhadap perilaku siswa  bila  sang guru mengabaikan sikap pribadinya yang tidak terkontrol.
                           Keteladanan dari seorang guru dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu keteladanan dalam pembelajaran dan keteladanan di luar pembelajaran .
a.      Keteladanan dalam pembelajaran
Dalam kegiatan proses belajar mengajar di dalam kelas, kehadiran seorang guru adalah mutlak. Dalam fungsinya sebagai motivator dan fasilitator, kehadiran seorang guru  tidak bisa digantikan oleh media apapun. Kehadiran guru dalam kelas ini memiliki peranan yang sangat strategis dalam memberikan kontribusi dan turut mewarnai pembentukan sikap siswanya. Keteladanan guru dalam kegiatan pembelajaran terlihat dalam beberapa hal antara lain:
1.      Ucapan guru
Seorang guru dalam menghadapai sejumlah siswa dalam kelas tentu siswa tersebut mencerminkan ragam karakter baik karakter positif maupun negatif. Bila siswa yang berkarakter negatif atau tidak sesuai dengan harapan gurunya,  yang terjadi guru akan terpancing untuk memarahi atau menegur siswa tsb. Bila teguran ini dalam konteks situasi seorang pendidik selamatlah guru tersebut sebagai pusat keteladan. Namun, bila yang terjadi sebaliknya ini sangat berbahaya karena sang guru akan kehilangan kontrol dan dominasi sikap emosional tak terpuji dari seorang yang jauh dari  layak untuk ditiru.
             Jadi, dalam situasi apapun guru haruslah tetap mencerminkan pribadi yang santun dan menyenangkan bagi murid-muridnya.  
2.      Pakaian guru
Cara berpakaian guru dalam mengajar menunjukkan pribadi yang matang dari seorang guru. Boleh jadi  ketika guru itu tidak berpakaian seragam sesuai dengan ketentuan sekolah, maka siswa pun akan membandingkannya dengan pihak lain ketika siswa itu mendapat teguran. Lebih- lebih bila pakaian guru mendapat pengamatan khusus oleh siswanya karena sedikit mengundang perhatian semua siswa. Tentu ini akan ditiru bila siswa tersebut merasa senang.
3.      Perbuatan guru
Dalam proses belajar mengajar tidak jarang  seorang guru mengambil keputusan cepat karena respon dari perilaku sang murid. Resppon cepat ini bisa dinilai siswa apakah cukup mendidik atau hanya sekadar eksploitasi amarah sang guru. Bila respon fisik ini

bertolak belakang dengan koridor mendidik, maka kebiasaan ini akan berubah menjadi perasaan yang abadi dalam diri siswa.
4.      Respon guru
Satu hal penting yang berkaitan dengan keteladanan guru adalah ketika sang guru merespon setiap peristiwa dalam lingkup kelas. Respon tersebut dapat berimplementasi dengan perbuatan atau dengan  benturan fisik seorang guru. Bagaiman seorang guru itu merespon setiap peristiwa yang dilakukan seorang siswa. Apakah respon itu masih bersifat mendidik atau malah sebaliknya.

b.Keteladanan di luar pembelajaran
Kegiatan guru di sekolah dapat berlangsung di dalam kelas dan di luar kelas. Aktivitas guru di luar kelas ini tetap saja tidak luput dari perhatian murid-murid. Bagaimana ketika guru tersebut bersikap ketika tidak di hadapan sang murid itulah sejatinya kepribadian yang mencerminkan guru tersebut. Bisa jadi ketika guru sedang diawasi oleh siswa di dalam kelas maka sudah sewajarnya bila perilakunya selalu positif. Namun, bagaimana pula ketika ia sedang tidak dalam pengawasan siswa, apakah pribadinya cukup matang dan pantas sebagai cermin seorang guru atau sebaliknya. 
Betapapun guru dianggap siswa sebagai figur terbaik dalam situasi apapun, baik dalam kelas maupun di luar kelas. Jadi, keteladanan merupakan pengaruh yang kuat dalam pembentukan karakter anak lebih- lebih dalam penilaian sikap yang berimplementasi dalam kehidupan anak.
            Abdullah Gymnastiar atau A.A.Gym, ustadz terkenal dari Ponpes Daarut Taukhid Bandung, dalam tauziahnya  mengungkapkan bahwa ada formula khusus untuk mengubah nasib bangsa yaitu dengan 3 M. Apapun  kiatnya untuk memperbaiki moral bangsa ini, kiat  3 M  bisa membantu mengatasinya. Kiat 3 M itu adalah mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil, dan mulai dari saat ini.
            Pernyataan yang pertama yaitu  mulai dari diri sendiri merupakan muara dari keteladanan. Inilah pentingnya keteladanan guru karena guru atau pendidik merupakan figur terbaik di mata  siswa.
Bahkan dalam beberapa kesempatan di acara Embun Pagi MNCTV tayangan setelah sholat subuh  dikatakan oleh ustadz Wijayanto tentang keteladanan ini. Beliau mengatakan bahwa rahasia  sukses mendidik anak terutama dalam sholat yaitu harus berbentuk ajakan bukan perintah.Ajakan ini berarti bahwa orang tua atau guru harus memberi contoh terlebih dahulu. Berbeda bila bentuknya perintah. Bentuk kalimat perintah berarti memosisikan orang yang memerintah tidak melakukan aktivitas yang diperintahkan tersebut. Ini berarti orang  tua atau guru tidak memberikan keteladanan.
Filsuf China, Kong Fu Tze (551-479 SM) mengatakan    Ni Ching Ni Wanci, Ni Khan Ni Siang, Ni Kunco Ni Cheto,” yaitu  bila  kamu dengar kamu lupa, kamu lihat kamu ingat,

kamu kerjakan kamu  paham'. Ini berati bahwa sesuatu yang anak lihat akan mengendap dalam memori anak bahkan anak akan menirunya. Dan dengan mengerjakan lebih dahulu anak akan memahaminya lalu menirunya. Ini berarti faktor keteladanan menempati posisi yang sangat stratigi bagi keberhasilan dalam pembentukan karakter anak.
            Jadi mudah saja bagi orang tua dan pendidik untuk mengarahkan dan mendidik anak dengan berbagai hal yang akan membentuk karakternya, tetapi tentu saja tidak mudah bagi anak untuk melaksanakannya ketika ia melihat orang yang memberikan pengarahan tidak mengamalkannya. Di sinilah perlunya keteladanan dari berbagai pihak, apakah itu pemimpin, media massa terutama orangtua dan pendidik. Masih ingatkah dengan tayangan smackdown yang pada tahun 2006 dipaksa berhenti penayangannya dari televisi nasional karena memicu perilaku agresif pada anak. Bahkan menimbulkan korban jiwa pada anak oleh karena di"smackdown' temannya5).
 




























BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat kami simpulkan beberapa hal yaitu:
1.      Penilaian sikap terhadap siswa dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu observasi, penilaian diri, penilaian antarpeserta didik, dan jurnal guru.
2.      Penilaian sikap siswa ini implementasinya akan berhasil  efektif apabila adanya  keteladan guru.
3.      Keteladan guru dapat dipisahkan menjadi dua macam yaitu keteladanan dalam pembelajaran dan keteladan di luar pembelajaran.
4.      Keteladanan guru di luar pembelajaran merupakan cermin sikap guru yang sebenarnya , apakah sikap itu cukup santun dan layak sebagai sumber panutan yang layak digugu dan ditiru atau sikap yang jauh dari tuntutan guru sebagai pendidik.
B.Saran
1. Penilaian sikap terhadap siswa sejatinya dimulai dari kematangan sikap seorang guru
2. Kompetensi sikap seorang guru haruslah tetap terukur dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran.
3. Hasil penilaian sikap siswa  hendaknya harus mendapat prioritas lebih dibandingkan dengan hasil penilaiaan kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan.



Daftar Pustaka
Bahan Belajar Mandiri Program Bermutu
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Permendiknas No 66 . 2013 . Standar Penilaian Pendidikan.Jakarta: Diknas







 















Penutup
Simpulan
Penilaian sikap yang dilakukan oleh guru haruslah mengacu pada tuntutan kurikulum 2013. Sesuai kurikulum 2013 ini setiap mata pelajaran berkontribusi terhadap pembentukan sikap siswa. Dalam penilaian sikap siswa ini guru merupakan sumber keteladanan. Keteladanan guru merupakan  kunci suksesnya  terhadap penilaian sikap siswa.
Keteladanan ini dapat berupa keteladanan dalam pembelajaran dan keteladanan di luar pembelajaran. Namun, sejatinya keteladan hakiki seorang guru dapat tercermin dalam kehidupan sehari-hari  sang guru yang notabene sedang tidak diawasi  para siswanya. Bagaimana ketika para guru sedang bersantai di kantor atau sedang berbincang sesama guru di ruang kantor. Perilaku ini justru lebih mencerminkan keteladan guru tersebut kepada siswa-siswinya.

Saran
1.      Dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran  guru harus selalu menunjukkan  kepribadian terbaiknya sebagai seorang pendidik.
2.      Guru harus selalu menyadari bahwa dalam dirinya terdapat tanggung jawab sosial sebagai seorang yang layak digugu dan ditiru.
3.      Kematangan kepribadian seorang guru haruslah terlihat  di depan mata siswa atau tidak di depan mata siswa sekalipun.


Daftar Pustaka
Bahan Belajar Mandiri Program Bermutu
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Permendiknas No 66. 2013. Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Diknas






                 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar