BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Dunia pendidikan saat ini sedang mendapat sorotan tajam dari
masyarakat luas. Bukan saja karena ada gurauan “Ganti menteri ganti kurikulum”.
Lebih dari itu diberlakukannya Kurikulum
2013 mendapat reaksi yang kontroversial dari masyarakat bahkan reaksi ini
datang dari kalangan pendidik itu
sendiri. Di tengah berbagai reaksi negatif dan positif itulah akhirnya Menteri
Pendidikan mengambil sikap jalan tengah yaitu sekolah tetap menggunakan
kurikulum 2013 bila sudah melaksanakan selama tiga semester. Sedangkan sekolah
yang baru menggunakan kurikulum 2013 selama satu semester kembali pada
penggunaan kurikulum 2006.
Sebenarnya
lahirnya kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum
Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Hal
ini berarti bahwa kurikulum 2013 tidak sama sekali berbeda wajah dengan
kurikulum sebelumnya. Ini sebenarnya mengandung implikasi bahwa para guru tidak perlu bereaksi secara berlebihan adanya
kurikulum baru tersebut.
Perlu
disadari oleh semua pihak bahwa adanya tantangan internal dan eksternal dalam
dunia pendidikan menjadikan kurikulum ini mendesak segera dilaksanakan serentak
secara nasional. Tuntutan pendidikan
yang mengacu kepada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi Standar Pengelolaan, Standar Biaya, Standar Sarana Prasarana, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, dan Standar Kompetensi Lulusan merupakan alasan pokok
mendesaknya kurikulum 2013.Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor
perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia
produktif.
Sedangkan tantangan eksternal
kurikulum antara lain adanya tantangan masa depan, kompetensi masa depan,
persepsi masyarakat dan beberapa fenomena negatif yang mengemuka seperti perkelahian pelajar,narkoba,korupsi,plagiarisme, kecurangan dalamu
ujian ( nyontek)
dan gejolak masyarakat alinnya(social unrest) .
Secara
lebih tegas lagi kurikulum 2013 menandaskan bahwa semua mata pelajaran harus
berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Hal
ini sejalan dengan misi pemerintahan sekarang yaitu adanya revolusi mental.
Inilah yang
menjadi alasan sebagian para guru yang lebih suka menggunakan kurikulum 2006
dari pada kurikulum 2013. Alasan yang memberatkan guru terletak pada penilaian
terutama penilaian sikap pada kurilulum 2013 yang dilaksanakan secara terpadu
pada setiap pembelajaran. Belum lagi satu alasan saat pengisian nilai rapor
yang dirasa sangat memberatkan wali kelas.
Adanya
berbagai hal atas fenomena di atas, maka dalam kurikulum 2013 penilaian
sikap mendapat tempat yang sangat
strategis. Namun, sejauh manakah efektifitas penilaian sikap
tersebut
dalam implementasi perilaku siswanya. Inilah yang masih harus kita kaji dalam
makalah ini.
2.Permasalahan
Berdasarakan latar belakang di atas,
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut.
a.
Hal apa sajakah
yang dapat mempengaruhi suksesnya penilaian sikap dalam kerikulum 2013?
b.
Bagaimana
kiat untuk melaksanakan penilaian sikap dalam kurikulum 2013?
3. Tujuan penulisan makalah
Makalah
ini dimaksudkan untuk membahas hal-hal yang mempengaruhi suksesnya penilaian
sikap dalam kurikulum 2013 dan mengupayakan kiat penilaian sikap dalam
kurikulum 2013.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Penilaian sikap
Dalam
setiap pembelajaran guru harus melaksanakan penilaian sikap. Setidaknya setiap
guru harus lebih fokus pada sikap mental setiap peserta didik. Setiap pengamatan ini harus dituangkan dalam
lembar penilaian .
Sikap
bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan
seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau
pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga
terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga
komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif.
Komponen
afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap
sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang
mengenai objek. Adapun komponen konatif
adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu
berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Sikap
merupakan perasaan yang dimiliki seseorang. Perasaan yang dimiliki dalam bentuk
kecenderungan untuk bertindak, berpikir, ber persepsi, dalam mengadapi
obyek,ide,sesuatu dan nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku. Sikap memberi tuntunan kepada seseorang untuk setuju atau tidak
setuju terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diinginkan serta
diharapkan dengan mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan harus
dihindari.
Evaluasi sikap sendiri dapat
didefinisikan sebagai upaya yang sistematis untuk mengukur tingkatan belajar
siswa yang telah dijalani berkaitan dengan kecenderungan untuk bertindak,
berpikir, berpersepsi, dalam mengahadapi obyek, ide, sesuatu dan nilai yang
meliputi aspek afektif, kognitif, maupun konaktif.
Sikap memiliki berbagai fungsi yaitu :
a.
Fungsi instrumental
Yaitu
mengekspresikan keinginan umum kita untuk mendapatkan manfaat atau hadiah dan
menghadapi hukuman.
b.
Fungsi pengetahuan
Yaitu
membantu kita memahami dunia, yang membawa keteraturan bagi berbagai informasi
yang harus kita asimilasikan dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Fungsi nilai ekpresif
Yaitu mengekpresikan nilai-nilai kita
atau mencerminkan diri kita.
d.
Fungsi pertahanan ego
Yaitu melindungi kita dari kecemasan
atau ancaman bagi harga diri kita.
e.
Fungsi penyesuaian sosial
Yaitu membantu kita merasa menjadi
bagian dari komunitas.
2. Objek penilian sikap
Secara umum, objek
sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut.
1.
Sikap
terhadap materi pelajaran.
Peserta didik perlu
memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri
peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi
motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
2.
Sikap
terhadap guru/pengajar.
Peserta didik perlu
memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap
positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan
demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan
sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
3.
Sikap
terhadap proses pembelajaran
Peserta didik juga perlu
memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.
Proses pembelajaran
mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran
yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil
belajar yang maksimal.
4.
Sikap
berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi
pelajaran.
Misalnya kasus atau
masalah lingkungan hidup, berkaitan
dengan materi Biologi atau Geografi. Peserta didik juga perlu memiliki sikap
yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan tertentu (kegiatan
pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik memiliki
sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar. Dalam kasus yang lain,
peserta didik memiliki sikap negatif terhadap kegiatan ekspor kayu glondongan
ke luar negeri.
5.
Sikap
berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata
pelajaran.
3.Teknik Penilaian Sikap
Peraturan Menteri
Pendidikan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 menyebutkan bahwa teknik
dan instrumen yang
digunakan untuk penilaian
kompetensi sikap meliputi beberapa hal. Pendidik melakukan
penilaian kompetensi sikap dapat
melalui observasi, penilaian diri,
penilaian “teman sejawat”(peer
evaluation) oleh peserta didik
dan jurnal. Instrumen
yang digunakan untuk observasi, penilaian
diri, dan penilaian
antarpeserta didik adalah daftar
cek atau skala
penilaian (rating scale)
yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan
pendidik.
a. Observasi
merupakan teknik penilaian
yang dilakukan secara berkesinambungan dengan
menggunakan indera, baik
secara langsung maupun tidak
langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi
sejumlah indikator perilaku yang diamati.
b. Penilaian diri
merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan
dan kekurangan dirinya dalam
konteks pencapaian kompetensi.
Instrumen yang digunakan berupa
lembar penilaian diri.
c. Penilaian antarpeserta
didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling
menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian
antarpeserta didik.
d.Jurnal merupakan
catatan pendidik di
dalam dan di
luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan
tentang kekuatan dan kelemahan
peserta didik yang
berkaitan dengan sikap
dan perilaku.
Di samping itu penilaian
sikap juga dapat dilakukan dengan teknik
lainnya . Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan
langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat
diuraikan sebagai berikut.
a.
Observasi
perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan
kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi
dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena
itu, guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya.
Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan
menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan
peserta didik selama di sekolah.
b.
Pertanyaan
langsung
Kita juga dapat
menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu
hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru
diberlakukan di sekolah mengenai "Peningkatan Ketertiban".
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain
yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu
terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga
dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.
c.
Laporan pribadi
Melalui penggunaan teknik
ini di sekolah, peserta didik diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau
tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap.
Misalnya, peserta didik diminta menulis pandangannya tentang "Kerusuhan
Antaretnis" yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang
dibuat oleh peserta didik tersebut dapat dibaca dan dipahami kecenderungan
sikap yang dimilikinya.
4. Keteladanan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia keteladanan berarti hal yang dapat
ditiru atau dicontoh biasanya berkaitan
dengan perbuatan, kelakuan, dan sifat seseorang. Dalam hal ini kehidupan yang
paling dekat dengan siswa di sekolah yaitu bapak atau ibu guru. Itulah sebabnya
apapun yang siswa lihat atau dengar sesuatu dari seorang guru, maka secara
cepat atau lambat akan hal tersebut mengendap dalam memori siswa. Bahkan secara
spontan siswa akan meniru ucapan atau perbuatan dari sang guru. Jadi tidak
berlebihan apabila sebuah peribahasa mengatakan guru kencing berdiri, murid
kencing berlari. Memang demikian dampaknya terhadap perilaku siswa bila
sang guru mengabaikan sikap pribadinya yang tidak terkontrol.
Keteladanan dari seorang guru
dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu keteladanan dalam pembelajaran dan
keteladanan di luar pembelajaran .
a. Keteladanan
dalam pembelajaran
Dalam kegiatan proses belajar mengajar di dalam kelas, kehadiran
seorang guru adalah mutlak. Dalam fungsinya sebagai motivator dan fasilitator,
kehadiran seorang guru tidak bisa
digantikan oleh media apapun. Kehadiran guru dalam kelas ini memiliki peranan
yang sangat strategis dalam memberikan kontribusi dan turut mewarnai pembentukan
sikap siswanya. Keteladanan guru dalam kegiatan pembelajaran terlihat dalam
beberapa hal antara lain:
1.
Ucapan guru
Seorang guru
dalam menghadapai sejumlah siswa dalam kelas tentu siswa tersebut mencerminkan
ragam karakter baik karakter positif maupun negatif. Bila siswa yang
berkarakter negatif atau tidak sesuai dengan harapan gurunya, yang terjadi guru akan terpancing untuk
memarahi atau menegur siswa tsb. Bila teguran ini dalam konteks situasi seorang
pendidik selamatlah guru tersebut sebagai pusat keteladan. Namun, bila yang
terjadi sebaliknya ini sangat berbahaya karena sang guru akan kehilangan
kontrol dan dominasi sikap emosional tak terpuji dari seorang yang jauh dari layak untuk ditiru.
Jadi, dalam situasi apapun guru
haruslah tetap mencerminkan pribadi yang santun dan menyenangkan bagi
murid-muridnya.
2.
Pakaian guru
Cara berpakaian guru dalam mengajar menunjukkan pribadi yang matang
dari seorang guru. Boleh jadi ketika
guru itu tidak berpakaian seragam sesuai dengan ketentuan sekolah, maka siswa
pun akan membandingkannya dengan pihak lain ketika siswa itu mendapat teguran.
Lebih- lebih bila pakaian guru mendapat pengamatan khusus oleh siswanya karena
sedikit mengundang perhatian semua siswa. Tentu ini akan ditiru bila siswa
tersebut merasa senang.
3.
Perbuatan
guru
Dalam proses belajar mengajar tidak jarang seorang guru mengambil keputusan cepat karena
respon dari perilaku sang murid. Resppon cepat ini bisa dinilai siswa apakah
cukup mendidik atau hanya sekadar eksploitasi amarah sang guru. Bila respon
fisik ini
bertolak belakang dengan koridor mendidik, maka kebiasaan ini akan
berubah menjadi perasaan yang abadi dalam diri siswa.
4.
Respon guru
Satu hal penting yang berkaitan dengan keteladanan guru adalah ketika
sang guru merespon setiap peristiwa dalam lingkup kelas. Respon tersebut dapat
berimplementasi dengan perbuatan atau dengan
benturan fisik seorang guru. Bagaiman seorang guru itu merespon setiap
peristiwa yang dilakukan seorang siswa. Apakah respon itu masih bersifat
mendidik atau malah sebaliknya.
b.Keteladanan di luar pembelajaran
Kegiatan guru di sekolah dapat berlangsung di dalam
kelas dan di luar kelas. Aktivitas guru di luar kelas ini tetap saja tidak
luput dari perhatian murid-murid. Bagaimana ketika guru tersebut bersikap
ketika tidak di hadapan sang murid itulah sejatinya kepribadian yang
mencerminkan guru tersebut. Bisa jadi ketika guru sedang diawasi oleh siswa di
dalam kelas maka sudah sewajarnya bila perilakunya selalu positif. Namun,
bagaimana pula ketika ia sedang tidak dalam pengawasan siswa, apakah pribadinya
cukup matang dan pantas sebagai cermin seorang guru atau sebaliknya.
Betapapun guru dianggap siswa sebagai figur terbaik
dalam situasi apapun, baik dalam kelas maupun di luar kelas. Jadi, keteladanan
merupakan pengaruh yang kuat dalam pembentukan karakter anak lebih- lebih dalam
penilaian sikap yang berimplementasi dalam kehidupan anak.
Abdullah
Gymnastiar atau A.A.Gym, ustadz terkenal dari Ponpes Daarut Taukhid Bandung, dalam
tauziahnya mengungkapkan bahwa ada formula
khusus untuk mengubah nasib bangsa yaitu dengan 3 M. Apapun kiatnya untuk memperbaiki moral bangsa ini,
kiat 3 M
bisa membantu mengatasinya. Kiat 3 M itu adalah mulai dari diri sendiri,
mulai dari hal yang kecil, dan mulai dari saat ini.
Pernyataan
yang pertama yaitu mulai dari diri
sendiri merupakan muara dari keteladanan. Inilah pentingnya keteladanan guru
karena guru atau pendidik merupakan figur terbaik di mata siswa.
Bahkan dalam beberapa kesempatan di acara Embun
Pagi MNCTV tayangan setelah sholat subuh dikatakan oleh ustadz Wijayanto tentang
keteladanan ini. Beliau mengatakan bahwa rahasia sukses mendidik anak terutama dalam sholat
yaitu harus berbentuk ajakan bukan perintah.Ajakan ini berarti bahwa orang tua
atau guru harus memberi contoh terlebih dahulu. Berbeda bila bentuknya
perintah. Bentuk kalimat perintah berarti memosisikan orang yang memerintah
tidak melakukan aktivitas yang diperintahkan tersebut. Ini berarti orang tua atau guru tidak memberikan keteladanan.
Filsuf
China, Kong Fu Tze (551-479 SM) mengatakan
“ Ni Ching Ni Wanci, Ni Khan Ni Siang, Ni Kunco
Ni Cheto,” yaitu bila kamu dengar kamu lupa, kamu lihat kamu ingat,
kamu kerjakan kamu paham'. Ini berati bahwa sesuatu yang anak
lihat akan mengendap dalam memori anak bahkan anak akan menirunya. Dan dengan
mengerjakan lebih dahulu anak akan memahaminya lalu menirunya. Ini berarti
faktor keteladanan menempati posisi yang sangat stratigi bagi keberhasilan
dalam pembentukan karakter anak.
Jadi mudah saja bagi orang tua dan pendidik untuk
mengarahkan dan mendidik anak dengan berbagai hal yang akan membentuk
karakternya, tetapi tentu saja tidak mudah bagi anak untuk melaksanakannya
ketika ia melihat orang yang memberikan pengarahan tidak mengamalkannya. Di sinilah
perlunya keteladanan dari berbagai pihak, apakah itu pemimpin, media massa
terutama orangtua dan pendidik. Masih ingatkah dengan tayangan smackdown yang
pada tahun 2006 dipaksa berhenti penayangannya dari televisi nasional karena
memicu perilaku agresif pada anak. Bahkan menimbulkan korban jiwa pada anak
oleh karena di"smackdown' temannya5).
BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat kami simpulkan beberapa hal yaitu:
1.
Penilaian
sikap terhadap siswa dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu observasi,
penilaian diri, penilaian antarpeserta didik, dan jurnal guru.
2.
Penilaian
sikap siswa ini implementasinya akan berhasil
efektif apabila adanya keteladan
guru.
3.
Keteladan
guru dapat dipisahkan menjadi dua macam yaitu keteladanan dalam pembelajaran
dan keteladan di luar pembelajaran.
4.
Keteladanan
guru di luar pembelajaran merupakan cermin sikap guru yang sebenarnya , apakah
sikap itu cukup santun dan layak sebagai sumber panutan yang layak digugu dan
ditiru atau sikap yang jauh dari tuntutan guru sebagai pendidik.
B.Saran
1. Penilaian sikap terhadap siswa sejatinya dimulai
dari kematangan sikap seorang guru
2. Kompetensi
sikap seorang guru haruslah tetap terukur dalam pembelajaran maupun di luar
pembelajaran.
3. Hasil
penilaian sikap siswa hendaknya harus
mendapat prioritas lebih dibandingkan dengan hasil penilaiaan kompetensi
pengetahuan dan kompetensi keterampilan.
Daftar Pustaka
Bahan Belajar
Mandiri Program Bermutu
Kamus Besar
Bahasa Indonesia
Permendiknas
No 66 . 2013 . Standar Penilaian Pendidikan.Jakarta: Diknas
Penutup
Simpulan
Penilaian sikap yang dilakukan oleh guru haruslah mengacu pada tuntutan
kurikulum 2013. Sesuai kurikulum 2013 ini setiap mata pelajaran berkontribusi
terhadap pembentukan sikap siswa. Dalam penilaian sikap siswa ini guru
merupakan sumber keteladanan. Keteladanan guru merupakan kunci suksesnya terhadap penilaian sikap siswa.
Keteladanan ini dapat berupa keteladanan dalam pembelajaran dan
keteladanan di luar pembelajaran. Namun, sejatinya keteladan hakiki seorang
guru dapat tercermin dalam kehidupan sehari-hari sang guru yang notabene sedang tidak
diawasi para siswanya. Bagaimana ketika
para guru sedang bersantai di kantor atau sedang berbincang sesama guru di
ruang kantor. Perilaku ini justru lebih mencerminkan keteladan guru tersebut
kepada siswa-siswinya.
Saran
1.
Dalam
pembelajaran maupun di luar pembelajaran
guru harus selalu menunjukkan
kepribadian terbaiknya sebagai seorang pendidik.
2.
Guru harus
selalu menyadari bahwa dalam dirinya terdapat tanggung jawab sosial sebagai
seorang yang layak digugu dan ditiru.
3.
Kematangan
kepribadian seorang guru haruslah terlihat
di depan mata siswa atau tidak di depan mata siswa sekalipun.
Daftar Pustaka
Bahan Belajar Mandiri Program Bermutu
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Permendiknas No 66. 2013. Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Diknas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar